Minggu, 30 Desember 2012

T.U.L.I.S.A.N


 Jika ad yang meminta membuatkan puisi bertema “sahabat”, maka hanya akan ku serahkan selembar kertas kosong. 


Aku terdiam, mataku mulai berair, dan tak akan ku biarkan buliran air itu mencari celah tuk keluar..

Ada yang mengatakan sahabat adalah seperti tangan dan mata. Ketika tangan terluka, mata menangis. Ketika mata menangis, tangan menghapus air mata itu. Yaa, hatiku bergetar mengiyakan kalimat itu. Ada yang mengatakan pula, jika keluarga adalah keluarga yang dipilihkan Tuhan, maka sahabat adalah keluarga pilihan kita sendiri. hal itu sangat benar..

Tetapi, tetap kertas ini kosong tanpa coretan. Setiap kali aku ingin membuat puisi tentang sahabat atau kalimat apapun mengenai “sahabat” hatiku terus bergetar, hanya mata yang bisa menjawabnya dengan air mata yang mulai bercucuran. Hati terasa sesak, sesak dari makna bahagia, senang, duka, sedih, marah, tawa, tangis, dan diam.

Beribu kata yang dirangkai, tetap rasanya tidak bisa mewakili betapa pentingnya posisi sahabat dalam hidupku. Aku tidak tahu mengapa, tetapi inilah yang kurasakan…

 ketika ku penat atau lelah, mereka memberikan bahu mereka sambil tersenyum dan berkata “kamu baik-baik saja ?”
meskipun ku lelah sudah mengatakan baik-baik saja ketika ada yang bertanya ada apa .. tapi mereka tak pernah lelah bertanya ada apa ?

aku tidak tahu tawa dan senyum mereka menjadi alasanku bahagia 

jika aku tetap dipaksa untuk menggambarkan makna sahabat, maka aku hanya bisa berucap dua kalimat…

“friendship is miracle”

“friendship like a stars”

Sabtu, 29 Desember 2012

psikologi


Mengenali Diri Sendiri

Acapkali kita merasa frustasi dengan perlakuan-perlakuan yang kita terima dari lingkungan, baik yang bersifat formal maupun informal. “diri sendiri” dalam pengertian psikologi disebut sebagai konsep diri yang meliputi hasil renungan kita secara subjektif, dengan mawas diri, serta merefleksikan apa yang dilakukan orang lain terhadap diri sendiri. Dengan melakukan hal tersebut diperoleh gambaran yang lengkap tentang diri sendiri, seperti keadaan fisik maupun psikologi dan kemampuan-kemampuan yang dimiliki ? apakah kita punya cukup kepercayaan pada diri bahwa kita akan mencapai tujuan tertentu ?.

Memahami diri sendiri menjadi sangat penting karena banyak orang yang keliru menafsirkan kemampuan-kemampuan dirinya baik karena menilai terlalu “optimis” maupun terlalu “pesimistik”. Diantara hal-hal yang patut diketahui adalah pertama, kemampuan intelektual. Apakah selama ini mudah menyerap informasi ? apakah dapat menyimak dengan baik ? dimana letak kekuatan diri dan kelemahan diri ?.

Disamping kecakapan intelektual kita juga perlu mengenali diri sendiri dari segi emosi. Apakah kita termasuk orang yang mempunyai emosi cukup stabil ? ataukah termasuk kategori orang yang mudah “tersengat” oleh hal-hal yang menurut orang lain sesuatu yang sangat biasa ? apakah kita orang yang sensitive melihat sesuatu yang menuntut orang bergerak melakukan sesuatu ataukah merupakan orang yang “cuek” dengan keadaan sekitar ?.

Dalam dimensi kehidupan social, apakah anda orang yang mudah bergaul ? ataukah orang yang sulit memilih teman ? apakah anda termasuk orang yang cakap bekerjasama ataukah orang yang sukar bekerjasama ? bisakah anda menilai kembali apa yang telah dilakukan dan menyimak makna perilaku-perilaku orang lain yang ditujukan kepada dirinya ?. keistimewaan manusia adalah ia dapat mengambil jarak terhadap dirinya yang dikenal dengan kegiatan mawas diri. Mawas diri ialah menilai secara kritis dan realistis apa-apa yang terjadi pada diri dan apa-apa yang telah dilakukan seseorang pada masa-masa yang lalu. Sangat penting untuk memahami apa sebenarnya ingin dicapai atau cita-citakan, yang merupakan visi terhadap visi terhadap kehidupan yang akan datang.

“Perasaan berhasil” akan menumbuhkan motivasi yang semula berasal dari “paksaan dari luar yaitu orang tuanya”, kemudian dikonvensi menajdi motivasi yang sifatnya internal yang berasal dari dalam dirinya sendiri karena dicapainya rasa puas atas hasil kerja tersebut. Dengan demikian, penguasaan atas suatu keterampilan tertentu akan menumbuhkan rasa berhasil. Kemudian perasaan berhasil ini akan menimbulkan kesenangan dan rasa senang akan menimbulkan motivasi.

Minggu, 23 Desember 2012

PUISI NARATIF, PUISI METAPORA, PUISI SIMILE, PUISI PERSONIFIKASI

1. Puisi Naratif

Puisi naratif adalah puisi yang menceritakan atau menjelaskan sesuatu berupa rangkaian peristiwa tertentu yang menjalin suatu cerita. Sesuai dengan namanya puisi naratif disampaikan dengan gaya bercerita.
Yang termasuk dalam puisi naratif adalah epik, romansa, balada dan syair. Epik merupakan puisi yang bersifat menjelaskan dan menceritakan sesuatu. Romansa yaitu puisi yang berisi percintaan yang romantis yang penuh dengan luapan perasaan. Kemudian balada adalah puisi tentang kepahlawanan seseorang. Dan syair merupakan puisi dalam bentuk terikat yang mengandung arti atau maksud penyair.

 
2. Puisi Metafora

Puisi metafora adalah puisi yang mengandung  gaya bahasa metafora. Gaya bahasa metafora membuat perbandingan antara dua hal secara langsung dalam bentuk singkat seperti: cindera mata, bunga bangsa, buah hati, kembang desa, dan lain-lain. Metafora sebagai perbandingan langsung menghubungkan pokok pertama dengan pokok kedua. Proses terjadinya sama dengan simile tetapi secara berangsur-angsur keterangan mengenai persamaan dan pokok pertama dihilangkan, misalnya:
-     Tingkah laku gadis itu menjadi buah mulut orang sekampung.
-     Pemuda adalah bunga bangsa.
-     Tutur katanya mendinginkan hati.

Metafora adalah kiasan yang menyatakan sesuatu sebagai hal yang sebanding dengan hal lain, yang sesungguhnya tidak sama (Altenbernd & Lewis, 1969). Dalam sebuah metafora terdapat dua unsur, yaitu perbandingan (vehiche) dan yang dibandingkan (tenor). Dalam hubungannya dengan kedua unsur tersebut, maka terdapat dua jenis metafora, yaitu metafora eksplisit dan metafora implicit. Disebut metafora ekspisit apabila unsure perbandingan dan yang dibandingkan disebutkan, misalnya cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar. Cinta sebagai hal yang dibandingkan dan bahaya yang lekas jadi pudar sebagai pembandingnya. Disebut metafora implicit, apabila hanya memiliki unsure pembanding saja, misalnya sambal tomat pada mata, untuk mengatakan mata yang merah, sebagai hal yang dibandingkan.
Metafora tampak pada contoh puisi berikut:
Perjalanan ini
Menyusuri langsai-langsai kehidupan
Menyusuri luka demi luka
Menyusuri gigiran abad padang-padang lengang
Menyusuri matahari
Dari laut abadi dahsyat sunyi
(Korrie Lyun Rampan, “Perjalanan,” Suara Kesunyian, 1981).

Dalam puisi tersebut, perjalanan hidup manusia disamakan dengan menyusuri langsai kehidupan, luka, padang lenggang, matahari, juga lautan yang sunyi.


3. Puisi Simile

Simile (perumpamaan) merupakan kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain yang menggunakan kata-kata pembanding seperti bagai, seperti, laksana, semisal, seumpama, sepantun, atau kata-kata pembanding lainnya.
Contoh puisi simile adalah:
Waktu seperti burung tanpa hinggapan
     melewati hari-hari rubuh tanpa ratapan
     sayap-sayap mu'jizat terkebar dengan cekatan
     Waktu seperti butir-butir air
     dengan nyanyi dan tangis angin silir
     berpejam mata dan pelesir tanpa akhir.

("Waktu", W.S Rendra, "Empat Kumpulan Sajak", Pustaka Jaya: Jakarta, Cet.8, 2003)

Dalam puisi tersebut W.S. Rendra meumpamakan “waktu” seperti burung tanpa hinggapan dan butir_butir air yang berjalan tanpa akhir.
 

4. Puisi Personifikasi

Puisi personifikasi berarti adalah puisi yang mengandung majas personifikasi. Majas personifikasi merupakan salah satu bagian dari majas perbandingan. Pada majas personifikasi akan selalu mememberikan atau melekatkan sifat - sifat manusia atau mahluk hidup yang lain kepada benda - benda mati sehingga seolah - olah benda mati tersebut mempunyai sifat seperti layaknya mahluk hidup. Penggunaan majas personifikasi dapat memberikan kejelasan serta memberikan bayangan angan atau pencitraan yang konkret. Dengan memberikan 'nyawa' pada sebuah benda, diharapkan benda tersebut bisa mewakili apa yang ingin disampaikan pada majas personifikasi ini.
Contoh :
  1. Hujan itu menari-nari diatas genting
  2. Tanaman padi disawah melambai-lambai tertiup angin
  3. Kereta api tua itu meraung-raung ditengah kesunyian malam
  4.  Bola itu berlari kencang menuju gawang lawan
  5. Di tangan seorang pujangga, pena pun bisa menari dengan indahnya menciptakan rangkaian kalimat peneduh jiwa
  6. Ujung pohon pun terlihat meliuk menari tiada henti terkena tiupan angin kencang

Dari semua contoh majas personifikasi diatas, kita bisa melihat bagaimana sebuah benda mati menjadi terlihat / dirasakan memiliki nyawa layaknya sebuha mahluk hidup sehingga semakin memperkuat rasa dari benda itu sendiri. Tidak heran bila para pujangga / penyair banyak menggunakan majas personifikasi ini dan memasukkannya ke dalam kalimat - kalimat sastra mereka sehingga lebih hidup.
Contoh puisi yang mengandung majas personifikasi adalah sebagai berikut:
Jalan Kartini
barangkali dalam lelap larut malam
bulan masuk kamar lewat jendela kaca
menyelip di sela waktu tidurku
sedang subuh masih lama tiba

Bait yang mengandung majas personifikasi adalah bulan masuk kamar lewat jendela kaca.