Mengenali Diri Sendiri
Acapkali kita merasa frustasi dengan
perlakuan-perlakuan yang kita terima dari lingkungan, baik yang bersifat formal
maupun informal. “diri sendiri” dalam pengertian psikologi disebut sebagai
konsep diri yang meliputi hasil renungan kita secara subjektif, dengan mawas
diri, serta merefleksikan apa yang dilakukan orang lain terhadap diri sendiri.
Dengan melakukan hal tersebut diperoleh gambaran yang lengkap tentang diri
sendiri, seperti keadaan fisik maupun psikologi dan kemampuan-kemampuan yang
dimiliki ? apakah kita punya cukup kepercayaan pada diri bahwa kita akan
mencapai tujuan tertentu ?.
Memahami diri sendiri menjadi sangat
penting karena banyak orang yang keliru menafsirkan kemampuan-kemampuan dirinya
baik karena menilai terlalu “optimis” maupun terlalu “pesimistik”. Diantara
hal-hal yang patut diketahui adalah pertama, kemampuan intelektual. Apakah
selama ini mudah menyerap informasi ? apakah dapat menyimak dengan baik ?
dimana letak kekuatan diri dan kelemahan diri ?.
Disamping kecakapan intelektual kita
juga perlu mengenali diri sendiri dari segi emosi. Apakah kita termasuk orang
yang mempunyai emosi cukup stabil ? ataukah termasuk kategori orang yang mudah
“tersengat” oleh hal-hal yang menurut orang lain sesuatu yang sangat biasa ?
apakah kita orang yang sensitive melihat sesuatu yang menuntut orang bergerak
melakukan sesuatu ataukah merupakan orang yang “cuek” dengan keadaan sekitar ?.
Dalam dimensi kehidupan social, apakah
anda orang yang mudah bergaul ? ataukah orang yang sulit memilih teman ? apakah
anda termasuk orang yang cakap bekerjasama ataukah orang yang sukar bekerjasama
? bisakah anda menilai kembali apa yang telah dilakukan dan menyimak makna
perilaku-perilaku orang lain yang ditujukan kepada dirinya ?. keistimewaan manusia
adalah ia dapat mengambil jarak terhadap dirinya yang dikenal dengan kegiatan
mawas diri. Mawas diri ialah menilai secara kritis dan realistis
apa-apa yang terjadi pada diri dan apa-apa yang telah dilakukan seseorang pada
masa-masa yang lalu. Sangat penting untuk memahami apa sebenarnya ingin
dicapai atau cita-citakan, yang merupakan visi terhadap visi terhadap kehidupan
yang akan datang.
“Perasaan berhasil” akan menumbuhkan
motivasi yang semula berasal dari “paksaan dari luar yaitu orang tuanya”, kemudian
dikonvensi menajdi motivasi yang sifatnya internal yang berasal dari dalam
dirinya sendiri karena dicapainya rasa puas atas hasil kerja tersebut. Dengan
demikian, penguasaan atas suatu keterampilan tertentu akan menumbuhkan rasa
berhasil. Kemudian perasaan berhasil ini akan menimbulkan kesenangan dan rasa
senang akan menimbulkan motivasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar