Jika ad yang meminta membuatkan puisi bertema
“sahabat”, maka hanya akan ku serahkan selembar kertas kosong.
Aku terdiam,
mataku mulai berair, dan tak akan ku biarkan buliran air itu mencari celah tuk
keluar..
Ada yang
mengatakan sahabat adalah seperti tangan dan mata. Ketika tangan terluka, mata
menangis. Ketika mata menangis, tangan menghapus air mata itu. Yaa, hatiku
bergetar mengiyakan kalimat itu. Ada yang mengatakan pula, jika keluarga adalah
keluarga yang dipilihkan Tuhan, maka sahabat adalah keluarga pilihan kita
sendiri. hal itu sangat benar..
Tetapi, tetap
kertas ini kosong tanpa coretan. Setiap kali aku ingin membuat puisi tentang
sahabat atau kalimat apapun mengenai “sahabat” hatiku terus bergetar, hanya
mata yang bisa menjawabnya dengan air mata yang mulai bercucuran. Hati terasa
sesak, sesak dari makna bahagia, senang, duka, sedih, marah, tawa, tangis, dan
diam.
Beribu kata
yang dirangkai, tetap rasanya tidak bisa mewakili betapa pentingnya posisi
sahabat dalam hidupku. Aku tidak tahu mengapa, tetapi inilah yang kurasakan…
ketika ku penat atau lelah, mereka memberikan
bahu mereka sambil tersenyum dan berkata “kamu baik-baik saja ?”
meskipun ku lelah sudah mengatakan baik-baik saja ketika ada yang bertanya ada apa .. tapi mereka tak pernah lelah bertanya ada apa ?
meskipun ku lelah sudah mengatakan baik-baik saja ketika ada yang bertanya ada apa .. tapi mereka tak pernah lelah bertanya ada apa ?
aku tidak tahu
tawa dan senyum mereka menjadi alasanku bahagia
jika aku tetap
dipaksa untuk menggambarkan makna sahabat, maka aku hanya bisa berucap dua
kalimat…
“friendship is
miracle”
“friendship like a stars”
“friendship like a stars”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar