Kamis, 28 Maret 2013

^-^

Mengenali Diri Sendiri

Acapkali kita merasa frustasi dengan perlakuan-perlakuan yang kita terima dari lingkungan, baik yang bersifat formal maupun informal. “diri sendiri” dalam pengertian psikologi disebut sebagai konsep diri yang meliputi hasil renungan kita secara subjektif, dengan mawas diri, serta merefleksikan apa yang dilakukan orang lain terhadap diri sendiri. Dengan melakukan hal tersebut diperoleh gambaran yang lengkap tentang diri sendiri, seperti keadaan fisik maupun psikologi dan kemampuan-kemampuan yang dimiliki ? apakah kita punya cukup kepercayaan pada diri bahwa kita akan mencapai tujuan tertentu ?

Memahami diri sendiri menjadi sangat penting karena banyak orang yang keliru menafsirkan kemampuan-kemampuan dirinya baik karena menilai terlalu “optimis” maupun terlalu “pesimistik”. Diantara hal-hal yang patut diketahui adalah pertama, kemampuan intelektual. Apakah selama ini mudah menyerap informasi ? apakah dapat menyimak dengan baik ? dimana letak kekuatan diri dan kelemahan diri ?

Disamping kecakapan intelektual kita juga perlu mengenali diri sendiri dari segi emosi. Apakah kita termasuk orang yang mempunyai emosi cukup stabil ? ataukah termasuk kategori orang yang mudah “tersengat” oleh hal-hal yang menurut orang lain sesuatu yang sangat biasa ? apakah kita orang yang sensitive melihat sesuatu yang menuntut orang bergerak melakukan sesuatu ataukah merupakan orang yang “cuek” dengan keadaan sekitar ?

Dalam dimensi kehidupan social, apakah anda orang yang mudah bergaul ? ataukah orang yang sulit memilih teman ? apakah anda termasuk orang yang cakap bekerjasama ataukah orang yang sukar bekerjasama ? bisakah anda menilai kembali apa yang telah dilakukan dan menyimak makna perilaku-perilaku orang lain yang ditujukan kepada dirinya ?. keistimewaan manusia adalah ia dapat mengambil jarak terhadap dirinya yang dikenal dengan kegiatan mawas diri. Mawas diri ialah menilai secara kritis dan realistis apa-apa yang terjadi pada diri dan apa-apa yang telah dilakukan seseorang pada masa-masa yang lalu. Sangat penting untuk memahami apa sebenarnya ingin dicapai atau cita-citakan, yang merupakan visi terhadap visi terhadap kehidupan yang akan datang.

“Perasaan berhasil” akan menumbuhkan motivasi yang semula berasal dari “paksaan dari luar yaitu orang tuanya”, kemudian dikonvensi menajdi motivasi yang sifatnya internal yang berasal dari dalam dirinya sendiri karena dicapainya rasa puas atas hasil kerja tersebut. Dengan demikian, penguasaan atas suatu keterampilan tertentu akan menumbuhkan rasa berhasil. Kemudian perasaan berhasil ini akan menimbulkan kesenangan dan rasa senang akan menimbulkan motivasi.