Kamis, 01 November 2012

CORETAN

Uuuhhhh hhahhh haahhh akhhhhh... nafasku tersengal, tanganku mengepal keras bergetar. Mataku membesar tajam menatap tanah, basah keringat melumuri tubuhku, kembali ku keraskan genggamanku lebih keras dan geram lagi, dan “buk buk buk” suara bola basket jatuh di lapangan, menggelinding perlahan mendekati kakiku yang masih mengakar kuat di lapangan basket belakang sekolah. Angin berhembus kencang membawa daun-daun mati berterbangan lepas dari rantingnya, debu-debu tak kalah heboh menari-nari bersama irama angin yang kencang membawa awan gelap berarak menutupi cahaya mentari sore itu.

Aku tidak tahu sejak kapan hujan melambangkan kesedihan, yang jelas sekarang aku benar-benar sedih. Tubuhku sekarang tidak hanya dibasahi keringat, tetapi basah kuyup diguyur deras hujan. Suara petir menyambar-nyambar, angin berputar-putar bersama deras hujan, tapi aku tetap belum beranjak menjauhi lapangan basket. Nafasku masih tersengal, tangan mengepal geram, mataku bahkan memerah tajam. Tubuhku gemetar. Seiring deras hujan itu aku menengadah dan mulai menganga sambil berucap “AAAAAAAAAaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa…”.


Puas berteriak ku raih bola basket dan tanpa ku drible ku lempar asal ke ring basket. “kenapaaaaa ????!!!!! kenapa aku harus bertemu dengannya… sudah kukatakan aku tidak ingin bertemu dengannya ..” suara ku menggema seisi halaman belakang sekolah.

“GGGGllllRRRUUUMMMMMM” hanya suara guntur yang menyahut teriakanku. Aku tertunduk, kemarahanku semakin membesar, seperti ada gumpalan yang bersarang di dada, tertumpuk dan semakin besar. Bibir ku gemetar, sesekali kugigit menahan dingin dan amarah dalam dada. Aku benar-benar lelah menahan marah dalam hatiku sekarang hingga aku merasa sedih dan tak mampu mengeluarkan air mata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar